Total Tayangan Halaman

Rabu, 16 April 2014

Peristiwa Gerakan 30 September 1965/PKI

Oleh Siti Faridatul Laelia XI-NS 4 2400020

Latar  Belakang
     Tahun 1951 D.N. Aidit terpilih menjadi ketua PKI , sejak itu D.N. Aidit mulai menyusun program-program untuk bangkit.
     Peristiwa Razia Agustus 1951 (penangkapan para kader PKI)
     PKI mengubah strategi organisasinya yaitu dengan melakukan penyusupan ke organisasi- organisasi yang ada baik politik maupun angkatan bersenjata.
     PKI merupakan Salah satu partai besar Indonesia yang menang dalam pemilu 1955
    Tahun 1964 dibentuklah Biro Khusus (dipilihlah Pono, Bono, dan Syam Kamaruzaman sebagai ketuanya )
     PKI membina kader-kadernya dan memberi latihan kemiliteran pada anggota Pemuda Rakyat (PR) dan Gerwani (Gerakan Wanita Indonesia) melalui Biro Khusus
     PKI menyerang pihak yang dianggap lawan melalui rapat-rapat umum, kampanye dan poster propaganda.
•     PKI mencap musuh-musuh politiknya sebagai setan desa, setan kota, kabir (kapitalis birokrat), kontrev (kontra revolusi), agen NEKOLIM (neokolonialisme dan imperalisme), dll
     Pada 14 Januari 1965 D.N. Aidit menuntut pemerintah mempersenjatai kaum buruh dan tani dengan alasan menghancurkan NEKOLIM
     PKI mengusulkan dibentuknya Angkatan kelima.
     Pada 17 Januari 1965 diadakan pertemuan kebulatan tekad di Jakarta.
     Usulan PKI ditolak secara tegas oleh angkatan Darat.
     PKI berusaha mengkambinghitamkan Angkatan Darat dengan beberapa aksi sepihak.

Latihan Sukarelawan di Lubang Buaya
     Mulai 5 Juli – 30 September 1965
     Untuk mempersiapkan pemberontakan, PKI mengadakan latihan kemiliteran bagi anggotanya.
    Dalih yang dipakai melatih sukarelawan dalam rangka konfrontasi terhadap Malaysia.
    Anggota yang dilatih ± 3700 0rang.
   Selain di lubang Buaya, latihan juga diadakan di Rawa Binong ±2 km dari Lubang Buaya.
     Latihan  dipimpin oleh oknum ABRI yang sudah dibina PKI.

Peristiwa G 30 S/PKI
     Pada Agustus 1965 Presiden Soekarno dikabarkan sakit keras dan akan meninggal atau lumpuh.
    Ada isu Dewan Jenderal akan mengambil alih kekuasaan
    D.N Aidit memanfaatkan keadaan untuk merebut kekuasaan
    Sasaran utama aksi PKI yaitu melenyapkan Angkatan Darat (kelompok militer yang tidak berhasil di bina oleh Biro Khusus)

Rapat Persiapan Pemberontakan
     Pada September 1965 D.N. Aidit memerintahkan Syam Kamaruzaman Pimpinan Biro Khusus untuk menyusun rencana pemberontkan.
     Syam mengadakan rapat sebanyak 16 kali dengan Pono dan Waluyo anggota Biro Khusus Pusat, daerah dan oknum ABRI yang dibina PKI.
     Rapat terakhir memutuskan sebuah gerakan yang diberi nama “Gerakan 30 September”, pada kenyataannya gerakan ini mulai bergerak dini hari, 1 Oktober 1965 yang diawali dengan menculik para pejabat teras TNI-AD.

Agenda Kegiatan
     Menculik para jenderal pimpinan TNI-AD untuk melumpuhkan kekuatan ABRI
     Menduduki gedung RRI
     Memperkuat basis pertahanan PKI di Lubang Buaya
     Membentuk Dewan Revolusi pengganti Pemerintah sipil.
     Mendemisionerkan kabinet Dwipora dan membenuk pemerintahan berdasarkan NASAKOM

Penculikan
     Pukul 02.30 tanggal 01 Oktober 1965 pasukan penculik G 30 S/PKI berkumpul di Lubang Buaya
    Pasukan ini bernama Pasopati
•    Pemimpin : Lettu Dul Arief
     Pasukan ini memakai seragam Cakrabirawa

Korban Penculikan dan Penyiksaan
  1. Letnan Jenderal Achmad Yani (Menteri/Panglima AD)
  2. Mayor Jenderal R. Soeprapto (Deputi II Panglima AD)
  3. Mayor Jenderal Mas Tirtodarmo Haryono (Deputi III Panglima AD)
  4. Mayor Jenderal Suwando Parman (Asisten I Panglima AD)
  5. Brigadir jenderal Donald Izacus Pandjaitan (Asisten IV Panglima AD)
  6. Brigadir Jenderal Soetojo Siswomihardjo (Inspektur Kehakiman/Oditur)
  7. Letnan I Pierre Tendenan (Ajudan Jenderal  A. H. Nasution)
Ket warna merah : Perwira TNI yang telah mati ditembak sebelum dibawa ke Lubang Buaya
Penganiayaan
     Di Lubang Buaya tubuh para Perwira dirusak dengan benda tumpul dan senjata tajam
     Sementara yang masih hidup disiksa dan satu-persatu kepala mereka di tembak
     Pelaku penganiayaan : anggota Pemuda Rakyat (PR), Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani) dan ormas PKI lainnya.
    Jenderal Abdul Haris Nasution (Menteri Kompartemen HanKam/Kepala staff ABRI) berhasil meloloskan diri
    Namun putrinya turut menjadi korban penculikan (Ade Irma Nasution)
    Korban dilemparkan ke dalam sumur tua yang sempit dengan kedalaman 12 m dan diameter 75 cm dengan posisi kepala dibawah
    Gerombolan G 30 S/PKI menutup sumur dengan timbunan batang-batang pisang dan ditutup dengan tanah
    Sebagai tipuan mereka menggali lubang- lubang di sekitar sumur

Penumpasan G 30 S/PKI
       Pada 1 Oktober 1965
       PKI menguasai Pusat Telekomunikasi dan RRI Pusat
       PKI mengumumkan telah menyelamatkan negara dari kudeta “Dewan jenderal” pembentukan Dewan Revolusi dan pendemisioneran kabinet.
       Kostrad Jenderal Soeharto mengambil Alih Pimpinan sementara ABRI
       RPKAD berhasil menguasai Kedua Gedung tsb.
       Menggunakan unsur-unsur KOSTRAD dan kesatuan militer yang masih Setia ( Batalion 328 Kujang/Siliwangi, Batalion 2 Kaveleri, Batalion I Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD)
       RPKAD dibawah komando Kolonel Sarwo Edhie Wibowo
       Pada 02 Oktober 1965 : Pengamanan Lapangan Udara Halim Perdanakusuma
       Dalam waktu singkat Pemberontakan G 30 S/PKI berhasil digagalkan.
       Pada 03 Oktober 1965 memperoleh petunjuk dari anggota POLRI yang pernah ditawan
       Pada 04 Oktober 1965 pengangkatan jenazah oleh Anggota Kesatuan Intai Para Amfibi (KIPAM) dari marinir (KKO-TNI-AL) dan anggota RPKAD
       Disaksikan oleh Mayor Jenderal TNI Soeharto
       Pada 22 November 1965 penangkapan Ketua PKI D.N. Aidit di kampung Sambeng Gede, Surakarta
       Sebelumnya D.N. Aidit melarikan diri ke Jawa Tengah secara berpindah-pindah tempat atas basis perlindungan PKI
       Pada 23 Oktober 1965 diadakan Rapat Raksasa di Lapangan Banteng Jakarta
       Front Pancasila mengajukan sebuah resolusi  menuntut pembubaran PKI dan mengadili tokoh-tokoh PKI.

tambahan
       Lahir Surat Perintah 11 Maret 1966 yang berisi pemberian wewenang kepada Soeharto
       Berdasarkan pada Surat Perintah 11 Maret 1966, pada tanggal 12 Maret 1966 Letjen TNI Soeharto, atas nama Presiden Panglima Tertinggi ABRI/ Mandataris MPRS/ Panglima Besar Revolusi mengeluarkan keputusan tentang pembubaran PKI dan organisasi-organisasi massanya serta pernyataan sebagai organisasi terlarang di seluruh wilayah kekuasaan Republik Indonesia
       Keputusan ini disambut hangat oleh seluruh rakyat Indonesia.

“CITA-CITA PERJUANGAN KAMI UNTUK MENEGAKKAN KEMURNIAN PANCASILA TIDAK MUNGKIN DIPATAHKAN HANYA DENGAN MENGUBUR KAMI DALAM SUMUR INI”
Lubang Buaya, 01 Oktober 1965

Referensi :    Buku Panduan Monumen Pancasila Sakti Lubang Buaya, Jakarta
Buku SEJARAH untuk SMA dan MA Kelas XI Program IPA KTSP 2006, Magdalia Alfian, Nana Nurliana Soeyono dan Sudarini Suhartono, penerbit ESIS, Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar