Total Tayangan Halaman

Rabu, 08 Oktober 2014

UPACARA DAN LEGENDA KRATON YOGYAKARTA


Upacara Grebeg
                   Grebeg adalah upacara adat di Kraton Yogyakarta yang diselenggarakan tiga kali dalam setahun. Upacara ini dilaksanakan untuk memperingati hari besar Islam bertepatan dengan hari lahirnya Nabi Muhammad SAW (grebeg Maulud), Hari Raya Idul Fitri (grebeg Syawal), dan Hari Raya Idul Adha (grebeg Besar). Mengenai istilah Grebeg ini berasal dari bahasa Jawa “Grebeg” yang berarti “diiringi para pengikut”. Karena perjalanan sultan keluar dari istana itu memang selalu diikuti banyak orang sehingga disebut Grebeg. Pengertian lain mengatakan bahwa karena gunungan itu diperebutkan warga masyarakat yang berarti di grebeg, maka disebut Grebeg.
                   Pelaksanaan upacara tersebut bertepatan dengan hari-hari besar Islam seperti :
1.      Grebeg Syawal, dilaksanakan pada hari pertama bulan syawal untuk memperingati Hari Raya Lebaran (Idul Fitri)
2.      Grebeg Besar, dilaksanakan pada hari kesepuluhan bulan Besar (Dzulhijjah) untuk memperingati Hari Raya Qurban (Idul Adha)
3.      Grebeg Maulud, dilaksanakan pada hari kedua belas bulan Mulud (Robiul Awal) untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW.
                   Pada setiap Upacara Grebeg, sultan berkenan memberi sedekah berupa gunungan kepada rakyatnya. Gunungan tersebut berisi makanan yang dibuat dari ketan, telur ayam, buah-buahan, serta sayuran yang semuanya di bentuk seperti gunung (tumpeng besar) sehingga disebut Gunungan. Gunungan ini sebagai simbol kemakmuran dan kesejahteraan kerajaan Mataram.
                   Upacara adat ini diawali dari halaman Kemandungan Lor (Keben). Dengan dikawal oleh prajurit kraton, gunungan yang berada di Bangsal Ponconiti dibawa oleh abdidalem menuju Alun-alun Lor melalui Halaman Sitihinggil Lor dan Bangsal Pagelaran. Setibanya di Alun-alun Lor gunungan tersebut disambut dengan tembakan salvo oleh prajurit kraton sebagai penghormatan.
                   Selanjutnya gunungan tersebut dibawa menuju halaman Masjid Agung untuk dibacakan doa terlebih dahulu oleh Abdidalem Penghulu Kraton, demi kemulian sultan, kebahagian, kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, keagungan agama serta keselamatan bagi kraton, nusa dan bangsa pada umumnya. Setelah itu gunungan tersebut diperebutkan oleh masyarakat yang ingin mendapatkan berkah dari gunungan itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar